CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Wednesday, January 28, 2009

merawat racun kemaksiatan

1. Anggaplah bahawa dosa2mu itu semuanya besar.
Abdullah bin Mas'ud radhiallahu anhu berkata, ''Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa)melihat dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.''

2. Janganlah meremehkan dosa
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Apabila orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.'' (HR. Ahmad dengan sanad yang hasan)

3. Janganlah mujaharah (menceritakan dosa)
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia menceritakanya kepada umum, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, 'Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan demikian'. Pada malam hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.'' (HR.Bukhari dan Muslim)

4. Taubat nasuha yang tulus
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kenderaannya di padang pasir yang tandus.Kemudian kenderaan itu hilang darinya, padahal di atas kenderaan ituterdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keaadaan bersedih terhadap kenderaannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kenderaannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya.Kemudian ia berkata, dalam keadaan yang sangat gembira, 'Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu'. Ia salah ucap karena sangat bergembira''. (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Jika dosa berulang, maka ulangilah bertaubat
Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata, ''Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.'' ditanyakan,'Jika ia mengulangi lagi?' Ia menjawab, 'Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.' Ditanyakan, 'Jika ia kembali berbuat dosa?' Ia menjawab,'Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.' Ditanyakan, 'Sampai bila?' Dia menjawab, 'Sampai syaitan laknatullah alaihi berputus asa.'
''
6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan
Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan keadaan yang biasa ia temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara keseluruhan .Hendaklah mencari jalan bagaimana untuk menyibukkan diri dari keadaan atau suasana kemaksiatan

7. Senantiasa beristighfar
Saat-saat beristighfar:
a. Ketika melakukan dosa
b. Setelah melakukan ketaatan (mohon supaya ALLAH melindungi kita dari syirik yang diketahui dan mengampuni dari syirik yang tidak diketahui)
c. Dalam dzikir-dzikir rutin harian. Senantiasa beristighfar setiap saatRasulullah shalallahu alaihi wa salam beristighfar kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali (dalam hadits lain 100 kali).

8. Apakah anda berjanji kepada Allah untuk meninggalkankemaksiatan?
Tidak ada bezanya antara orang yang berjanji kepada Allah (berupa nadzar atas tebusan dosa yang dilakukannya) dengan orang yang tidak melakukannya. Karena yang menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam kemaksiatan tidak lain hanyalah karena panggilan syahwat (hawa nafsu)lebih mendominasi dirinya daripada panggilan iman. Janji tersebut tidak dapat melakukan apa-apa dan tidak berguna.

9. Melakukan kebajikan setelah keburukan
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.'' (HR. Ahmad danTirmidzi. Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih)

10. Merealisasikan tauhid
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan keburukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang sama.'' (HR. Muslim dan Ahmad)

11. Jangan berpisah dengan orang-orang yang baik dan soleh.
Persahabatan dengan orang-orang baik adalah amal shalih. Mencintai orang-orang shalih menyebabkan sesorang bersama mereka, walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amalan.
Manusia itu ada 3 golongan
i. Golongan yang membawa dirinya dengan kendali takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.
ii. Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia berharap suatu hari dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.
iii. Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal karena kehilangan hal itu.
d. Penyesalan dan penderitaan karena melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik dari persahabatan yang baik. Tidak ada alasan untuk berpisah dengan orang-orang yang baik

12. Jangan tinggalkan da'wah
Said bin Jubair berkata, ''Sekiranya sesorang tidak boleh menyuruh kebajikan dan mencegah dari kemungkaran sehingga tidak ada dalam dirinya sesuatu (kesalahanpun), maka tidak ada seorangpun yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.'' Imam malik berkomentar, ''Ia benar. Siapakah yang pada dirinya tidak ada sesuatupun (kesalahan).''

13. Jangan cela orang lain karena perbuatan dosanya
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menceritakan kepada para shahabat r.hum bahwasanya seseorang berkata, ''Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.'' Allah berkata, ''Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.'' (HR. Muslim).

Sunday, January 25, 2009

kematian Yang Indah

Semua orang pasti suatu saat akan mati, entah bagaimana caranya atau seperti apa matinya. Dan setiap orang pasti akan merasakan kematian, walaupun arti “merasakan” itu tidak sama dengan yang dipersepsi oleh orang yang hidup. Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan yang pasti dijalani, sama seperti kelahiran. Bedanya adalah yang pertama menandai akhir dari suatu kehidupan sedangkan yang terakhir menandai awal dari suatu kehidupan. Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Dan di tengahnya itulah kehidupan yang ada dan berada.
Kematian adalah suatu misteri. Banyak yang tidak tahu seperti apa dunia sesudah kematian. Tapi banyak juga yang percaya bahwa ada “kehidupan lain”setelah kematian. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah akhir dari segalanya dan akhir dari eksistensi seseorang, dan setelah itu yang ada adalah ketiadaan. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah awal dari suatu kehidupan baru dalam suatu bentuk siklus. Apapun kepercayaan yang dianut, tak ada seorang pun yang tahu seperti apa situasi dan kondisi sesudah kematian. Banyak yang mengandaikannya sebagai suatu kondisi “ketiadaan”, bahwa sebuah kematian adalah awal dari suatu ketiadaan, bertentangan dengan kelahiran yang dianggap sebagai awal dari suatu ketiadaan. Materialistik ? Memang benar, tetapi setidaknya itu yang sampai saat ini kita ketahui dengan “common sense” kita sebagai manusia. Dan sisanya adalah kepercayaan.

Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan suatu persiapan agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai. Kematian, bagi mereka, adalah suatu istirahat terakhir dalam damai. Itulah mungkin di batu nisan orang yang telah mati dituliskan “Rest in Peace”, disingkat RIP. Bahwa kematian adalah suatu peristirahatan menuju kedamaian. Damai adalah kelanjutan dan padanan dari mati, karena kematian akan menuju kedamaian. Dan kedamaian adalah dambaan setiap orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang hidup, mungkin bisa ditemukan di “dunia” orang mati.
Orang yang telah mati juga dikatakan “telah meninggal dengan tenang”. Tentunya semua berkeyakinan, walaupun kadang tidak tahu karena bersifat sangat subyektif, bahwa orang yang akan mati “pasti” akan mati dengan tenang. Tidak pernah dikatakan “telah meninggal dengan terburu-buru” atau “telah meninggal dengan marah”, karena ketenangan adalah wajah suatu kematian. Dan walaupun orang yang mati telah mati dengan cara yang dan kondisi yang “tidak tenang”, tentunya mereka yang belum mati mengatakan hal yang lain : telah meninggal dengan tenang. Mungkin ada yang ditakutkan. Mungkin juga tidak siap untuk mati, dan mungkin juga berhubungan dengan kepercayaan.
Tetapi, saya yakin walaupun keyakinan saya ini mungkin juga pengambilan kesimpulan relalu dini, bahwa semua orang ingin kematian bisa dijalani melalui cara yang indah. Beradab dan bukan biadab, “terencana” dan bukan “di luar rencana”. Tentunya bagi orang yang akan mati, cara untuk mati itu sangat penting. Sekali lagi, agar dia bisa menghadapinya dengan tenang. Bagi orang lain juga penting. Tetapi yang ini punya banyak alasan. Ada dengan alasan emosi, keluarga, dan bahkan dengan alasan hak asasi manusia. Tetapi saya yakin, sekali lagi dengan penarikan kesimpulan dini yang sama, bahwa setiap orang didunia ini pasti ingin mati dengan indah, terhormat dan beradab. Caranya bisa berbeda-beda tiap orang. Juga kategori mati dengan cara yang tidak indah, tidak terhormat dan tidak beradab.
Lalu apakah yang terjadi jika kematian tidak terjadi dengan cara yang indah, terhormat, dan beradab ? Sebetulnya tidak terjadi apa-apa. Tetapi bagi orang yang lain, kematian model demikian akan meninggalkan masalah. Masalah bagi perasaan, terutama. Seperti ada sesuatu yang mengganjal. Dan pertanyaannya biasanya : mengapa harus seperti ini ?
Tetapi itulah yang terjadi. Setiap orang bisa merencanakan setiap detail dalam kehidupannya. Mungkin karena dia jagoan dalam hal perencanaan atau jagoan meramal. Tetapi orang tidak akan pernah bisa merencanakan dan meramal kapan dia akan mati dan seperti apa kematian yang harus dilakoninya itu. Semua serba misteri, sama dengan misteri sesudah mati.
Dan kematian, dalam kepercayaan sebagian orang, adalah awal dari suatu kehidupan. Kehidupan setelah mati yang diyakini akan damai dan penuh dengan ketenangan. Seperti suatu kutipan kalimat yang saya sudah lupa didapatkan dari mana, tetapi berbunyi :
when life ends, the mistery of life begins
Logiskah hal itu ? Tentu saja tidak. Tetapi bukan logika yang dipakai disitu, tetapi hal yang lain. Apakah itu ? Banyak istilahnya, hati, perasaan, emosi, batin, jiwa, dan hal-hal lain diluar penalaran manusia dalam dikotomi logis-tidak logis. Logis-tidak logia itu urusan lain, tetapi untuk cara kematian, saya yakin dengan pengambilan kesimpulan dini yang sama, bahwa semua orang akan memilih cara mati yang indah, terhormat, dan beradab. Tidak perlu pakai logika-nirlogika disitu.

Friday, January 9, 2009

WAHAI DAIE

Pohonan daie. Lagak bunyinya agak janggal. Bukanlah satu rekaan dengan tujuan ingin menyesatkan. Hanya luahan perasaan dan sedikit perkongsian dari hati ini ingin melihat kembali hati-hati insan lain kian mekar.
Pohonan daie. Persis seorang daie itu lagaknya seperti satu pohon. Dengan gelagat dan karakteristik umpama pohon, maka akan tumbuhlah hati-hati yang akan sentiasa gusar dan memikirkan keadaan makhluk yang lain. Lihatlah persekitaranmu, pohonan yang tegak menghiasi hijau-hijau isi bumi tidak pernah langsung apatah lagi sedikit menyakiti makhluk2 lain. Pohon tetap tegak, tetap utuh berdiri sentiasa berbakti pada makhluk duniawi. Udara segar sentiasa diberi tanpa diharap akan balasan. Bukan setakat itu, segala-galanya dikorbankan. Namun, adakah insani berfikir?
Pohon.. walau sering disakiti, namun tiada dendam yang menghantui dirinya. Walau dizalimi dengan dahsyat oleh perosak alam ini, rata-ratanya dari bangsa manusiawi, tapi tidak secebis malah tiada pernah terdetik untuk berasa marah. Tetap menjalankan arahan yang diamanahkan. Tiada persoalan pernah diutarakan. Tetap pada perintah Yang Maha Perkasa.
Pengorbanan yang dicurahkan memang tidak terkira. Udara yang tiada kelihatan oleh deria namun tiada gantinya dengan kewujudan material lain. Analogi dhuat kontemprari yang ingin menghidupkan kembali jiwa-jiwa yang sebenarnya telah mati. Tiadanya udara segar yang ingin membangkitkan kembali semangat, rasa izzah kepada islam. Udara yang kotor pekat yang telah mencemarkan kondisi hati sering memberi masalah kepada ”pohon-pohon” yang cekal ini. Mereka walau terpaksa sama-sama menanggung beban dan juga toksik-toksik yang memang berbahaya pada diri, tetap mereka tabah dan sentiasa bersemangat. Demi amanah dari Allah dan juga amanat dari junjungan untuk memartabatkan islam ke seluruh alam. Walau dituduh membawa padah, namun ”pohon-pohon” inilah yang membawa rahmat.
Dedaunan, buah-buahan, batang-batang kayuan, ranting malah hingga ke akar semuanya memberi keperluan yang secukupnya kepada semua. Semua nikmat yang dicurahkan hasil dari usaha untuk membekalkan udara segar. Kerana gigih usaha untuk sentiasa berfikir demi makhluk lain. Walau bertemu hujan panas, ribut taufan, pohon tetap utuh. Ada juga yang tumbang, mungkin gara-gara kurangnya persiapan. Nasihat buat kita agar sentiasa bersiap siaga. Hari esok mungkin kita yang tercicir dari jalan ini. Na’uzubillahu min zalik. Kerana bersungguh-sungguh, maka makmur alam ini mendapat segala nikmat dari pokok. Kurnia Allah buat semua.

Fi’il pohon tidak termaktub setakat itu. Sikap sabar yang tersemai tidak pernah lari dari kosa kata hidup sebatang pohon. Walau diperlaku dengan pelbagai cara, namun memang kerana faham akan mehnah tribulasi yang menduga, tiada keluhan yang didengari. Hanya kelihatan sekali-sekala pohon bergoyang-goyang mungkin ditiup angin. Tapi tiada yang menyebabkan masalah buat yang lain.

Firman Allah:
"Dan kebun-kebun tanaman serta pohon-pohon tamar (kurma) yang buah mayangnya halus lembut?”(Surah Asy Syu’ara, ayat 148)(QS 26:148)

Tidak kurang juga perasaaan kasihan pada makhluk-makhluk lain. Sanggup pohon berkorban untuk kebajikan makhluk-makhluk lain. Walau dibaling batu, buah yang diberi pada makhluk-makhluk. Walau ditoreh, titisan-titisan berharga untuk kegunaan insan dikeluarkan. Walau dikerat dan ditebang, kayu-kayu menjadi bahan berharga untuk menjana tamadun bersifat material, memudahkan manusia untuk melakukan pelbagai aktiviti hari demi hari. Tanpa sifat sabar dan kasihan, pasti pohon-pohon tidak akan berusaha untuk mencurahkan hasil-hasil cicipannya. Benarlah firman Allah:
Allah yang menerangi langit dan bumi. bandingan nur hidayah petunjuk Allah (Kitab suci Al-Quran) adalah sebagai sebuah "misykaat" yang berisi sebuah lampu; lampu itu dalam geluk kaca (qandil), geluk kaca itu pula (jernih terang) laksana bintang Yang bersinar cemerlang; lampu itu dinyalakan dengan minyak dari pokok yang banyak manfaatnya, (Iaitu) pokok zaitun yang bukan sahaja disinari matahari semasa naiknya dan bukan sahaja semasa turunnya (tetapi ia sentiasa terdedah kepada matahari); hampir-hampir minyaknya itu - Dengan sendirinya - memancarkan cahaya bersinar (kerana jernihnya) Walaupun ia tidak disentuh api; (sinaran nur hidayah yang demikian bandingannya adalah sinaran yang berganda-ganda): cahaya berlapis cahaya. Allah memimpin sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang dan peraturanNya) kepada nur hidayahNya itu; dan Allah mengemukakan berbagai-bagai misal perbandingan untuk umat manusia; dan Allah Maha mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. (Surah An Nur, ayat 35) (QS 24:35)

Dan (Kami juga menumbuhkan untuk kamu) pokok yang asal tumbuhnya di kawasan Gunung Tursina, Yang mengeluarkan minyak dan lauk bagi orang-orang yang makan. (Surah Al Mu’minun, ayat 20) (QS 23:20)

Bahkan siapakah yang telah mencipta langit dan bumi, dan menurunkan hujan dari langit untuk kamu? lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman kebun-kebun (yang menghijau subur) dengan indahnya, Yang kamu tidak dapat dan tidak berkuasa menumbuhkan pohon-pohonnya. Adakah sebarang Tuhan yang lain bersama-sama Allah? (Tidak!) bahkan mereka (yang musyrik itu) adalah kaum yang menyeleweng dari kebenaran (tauhid). (Surah An Naml, ayat 60) (QS 27:60)
Perwatakan luaran pohon cukup untuk memberi ketenangan buat makhkuk-makhluk yang menghayati keindahannya. Segala hiruk pikuk dunia yang menggamit perasaan manusia dahulunya kerana kesibukan dunia, kini kembali bersih dari noda-noda dunia. Segala keresahan yang dahulunya dipalit oleh penyakit-penyakit duniawi hilang gundahnya pabila melihat keindahan pohon-pohon. Memang jiwa manusia sering merinitih ingin kembali kepada fitrah. Setelah lelah diri disibuki oleh liku-liku dunia, kembali pada keindahan alam menjadi suatu yang dinanti. Melihat keindahan ciptaan Rabb Yang Maha Agung, hati kita terpanggil untuk memuji dan menghayati dengan asyik ciptaan yang menenangkan. Pohonan yang menghiasi menjadi pengubat duka lara dan resah lelah hari-hari kita yang sibuk dengan dunia.
Perumpamaan seorang daie cukup dengan hanya ceria dan riak wajahnya mampu menawan hati-hati dan jiwa manusia. Satu tarikan anugerah Allah di mana dhuat yang ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam usahanya menark manusia kembali pada Allah memang mempunyai tarikan tersendiri. Kita sendiri mungkin pernah merasai dan melaluinya. Rijal-rijal yang pautan hatinya tidak melainkan kerana Allah memiliki wajah yang berseri dan ramai jiwa-jiwa tertarik hanya dengan perwatakan luarannya. Dengan qudwah matinul khuluq, mereka menarik insan-insan mendekati mereka.
Wahai dhuat, jadilah persis sebatang pohon, walau apapun yang menimpa, tetap berpegang teguh dan tetap membalas dengan baik. Jangan diikut perasaan hati, bersabarlah dan kasihanilah saudara-saudaramu yang masih lalai dan leka. Ingatlah firman Allah:
Dan tidaklah sama (kesannya dan hukumNya) perbuatan yang baik dan perbuatan yang jahat. Tolaklah (kejahatan yang ditujukan kepadamu) dengan cara yang lebih baik; apabila engkau berlaku demikian maka orang yang menaruh rasa permusuhan terhadapmu, Dengan serta merta akan menjadi seolah-olah seorang sahabat karib. (Surah Fussilat, ayat 34)(QS 41:34)